Minggu, 01 April 2012
Badai Bulan Delapan Datang
Kisah ini tentang El Lin lagi, bersama Sun Ju nya.
Pernah aku bercerita tentang badai bulan delapan yang sempat dihawatirkan oleh El Lin, dan ternyata badai itu tak ada.
Belum lama ini El Lin sempat bercerita bahwa dia harus pergi berlayar untuk mengerjakan beberapa tugas; tak lama katanya.
Sebelum pergi berlayar banyak sekali pesan yang Sun Ju sampaikan pada El Lin, hati-hati disana, jaga diri, jangan pergi sendiri, jangan pergi tanpa ijin dan lain sebagainya.
El Lin hanya tersenyum dan mengatakan “Iyaa.” Tapi sungguh El Lin selalu mengingat nasehat yang Sun Ju katakan padanya.
Pada malam menjelang purnama itu El Lin berangkat berlayar.
Semua bejalan lancar, cuaca terlihat cerah, angin pun sepertinya bersahabat, ombak memukul perahu dengan anggunnya.
Ditengah pelayaran menuntaskan tugasnya, tak tau apa penyebabnya, cuaca berubah memburuk, langit menggelap, bintang tak tampak bulan pun ikut tenggelam. Ombak mulai tak bersahabat, membumbung tinggi menghantam kencang perahu yang El Lin tumpangi. El Lin tetap berusaha untuk tenang dan mengencangkan pegangannya, berharap cuaca akan segera berubah. Benar ternyata, cuaca pun segera berubah; tapi bukan berubah membaik bahkan lebih buruk dari sebelumnya.
Hujan deras disertai guntur menggelegar memekakan telinga, layar terkoyak, angin mengamuk.
Mulai gentar hati El Lin dibuatnya, “Badai bulan delapan datang.” Gumannya dengan tangan agak gemetar.
Sekuat tenaga dia menarik layarnya, sekuat tenaga dia mengatur kemudi perahunya, sekuat tenaga dia melindungi dirinya.
Sun Ju yang mendengar kabar datangnya badai bulan delapan mulai resah.
Terbersit ketakutan jika El Lin tak dapat bertahan.
Laut tidak akan selamanya tenang; tapi tidak akan lama pula dalam keganasan.
Badai datang dan pasti akan berlalu.
Hanya butuh keteguhan dan keyakinan untuk melewatinya.
Perpaduan dua ‘sinar’ itu pasti akan selalu teguh, dan selau kuat untuk menyinari hati-hati yang beku.
Dan badai pun berlalu, cahaya mereka, nur itu, srengege itu.
Kembali bersatu bersinar terangi hati-hati yang beku, sehabis hujan dalam badai bulan delapan.
Ketika perahu El Lin kembali menepi, dia melihat Sun Ju telah menanti di pantai itu, dengan senyum indahnya dan dengan tatapan yang begitu En Lin suka.
Sun Ju tersenyum dan berkata, “Sebesar dan sekuat apapun badai yang akan menghadang kita di depan nanti, kita harus tetap bertahan. Dan kita pasti akan bisa melewatinya.”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


Tidak ada komentar:
Posting Komentar