Selasa, 08 Januari 2013

Libur tlah tiba.. Libur tlah tiba.. Horee !! ; Kisah liburan keluarga cahaya


Masih ingatkah dengan sebuah keluarga besar bahagia sakinah mawadah wa rahmah yang pernah kuceritakan??
Yups! keluarga Cahaya. 
Liburan semester kali ini keluarga cahaya habiskan dengan cara-cara yang sederhana tapi berkualitas untuk mengeratkan hubungan mereka. 

--------------------------------000----------------------------------

"Libur tlah tiba.. Libur tlah tiba.. hoye.. hoye.. hoye.." 
"Nyanyi apa sweety?" tanya bunda kepada gadis kecilnya yang secantik rembulan itu.. 
"Wulan nyanyi lagunya Tasya bund..; Singkirkan rasa jenumu, lupakan keluh kesah mu, libur tlah tiba.. libur tlah tiba.. hore.. hore..!!"
rabut ikal Wulan naik turun dengan indahnya karena dia menyanyi sambil melompat-lompat memegang pinggang bundanya yang sedang menggoreng pisang. Mata bulatnya mengerjap-ngerjap genit kearah bundanya, bulu mata lentik yang diturunkan oleh ayahnya semakin membuat wajah gadis itu menggemaskan dan tak kuasa ingin mencium pipi halusnya.. 

"Bunda lagi nggoreng pisang sayang, jangan ditarik-tarik bajunya." kata bunda sambil membelai rambut ikal gadis kecilnya itu.. 
Bukannya melepaskan tarikannya, si gadis kecil itu malah memeluk bundanya erat sambil mengerlip-gerlipkan matanya genit, yang mengisyaratkan, 'Wulan boleh ngicip pisang gorengnya gag bund?' muka lucunya benar-benar menggemaskan dan membuat bunda tak tahan untuk mencubit pelan hidung mancung yang lagi-lagi turunan dari ayahnya itu, sambil memberikan sebuah pisang goreng kepada gadis mungilnya. 
"Hati-hati sweety, masih panas. " spontan sederetan gigi kecil yang putih milik Wulan terlihat, tangan kanannya meraih pisang goreng yang diberikan bunda padanya, " buat dedek Wisang mana bunda?" Wulan minta tambah, " dibagi sama punya mbak Wulan aja ya?" goda bunda, "Buat mbak Gendhis sama mas Yudhis mana? pasti nanti pengen deh bund.." bunda tersenyum sanyang pada gadis cerdasnya ini, "Tangan mbak Wulan cukup untuk bawa tiga pisang?" "cukup kok bund cukuup" jawab sigap gadis itu dengan mata bersinar-sinar, 
"Hahaha, nih hati-hati pegangnya." bunda memberikan tambahan dua pisang goreng ketangan mungil gadis tersebut, semenit kemudian dia sudah siap berlari keluar dapur, tapi sebelum sempat dia melangkahkan kaki, tiba-tiba dia berbalik lagi ke arah bunda seakan-akan ada sesuatu yang terlupakan, "bunda.. bundaa.." kata gadis itu pelan.. "Apa sayang?" jawab bunda, matannya tetap kedepan sambil membolak-balik gorengan pisang, Wulan mengangguk angguk, mata bulatnya mengatakan, 'Wulan mau bilang sesuatu bund..' kemudian bunda berjonggkok menghadap ke putri kecilnya, tiba-tiba gadis kecil itu mencium pipi bundanya dan berkata, 'Terimakasih ya bundaku sayaang' kemudian tancap gas berlarian keluar dapur. 

Bunda masih tetap dengan posisinya, melihat punggung gadis kecil itu menghilang dari pintu dapur dengan rambut ikalnya yang bergoyang-goyang, rambut ikalnyapun lagi-lagi turunan dari ayahnya, banyak benar ya gen ayahnya yang menurun kepada gadis cantik itu, dalam hari bunda berkata, "Terimakasih ya Allah telah memberi kami buah hati yang begitu menyejukkan. " kemudian melanjutkan pekerjaan menggorengnya kembali.

Bunda mengangkat gorengan pisang yang terkhir dan menaruhnya di piring lebar yang telah penuh dengan pisang goreng berwarna kuning kecoklatan yang menggugah selere. ketika hendak mematikan kompor tiba-tiba terdengar lagi teriakan gadis kecilnya itu, "Bundaaaa.." Wulan berlari ke arah bundanya, bunda mematikan kompor kemudian tersenyum, "Ada apa sayang?" "Wulan lupaa, tadi gag minta pisang buat ayah sekalian." tersenyum lebar hingga gigi-gigi putihnya terlihat. 

"Nih bunda dah slese gorengnya, Wulan kalau mau nambah juga boleh kok." kata bunda berjalan keluar dapur sambil membawa sepiring pisang goreng hangat. 
"Yeee... Asiikk.." teriak Wulan riang sambil membuntuti kemana bundanya pergi. 
----------------------------------00--------------------------------

 "Ayaahh... ikannya loncat." teriak gadis manis bernama Gendhis itu. "Ditangkap lagi honey" jawab ayah singkat sambil mengarahkan selang keember yang hampir penuh airnya. "Ayaah, ini loncat loncat, Gendhis gag bisa nangkap.. mas Yudhis bantuin ceh.." lapor Gendhis karena tak kunjung juga berhasil menangkap ikan yang lompat dari kolam. "Adeknya dibantuin tu mas.. " kata ayah diikuti anggukan seorang laki-laki yang menginjak remaja itu. 

"Kok bisa loncat dek?" kata remaja tampan itu, "Waktu Gendhis jaring trus mau dimasukin ke ember eh loncot sendiri, itu mas di sebelah kanan" jelas Gendhis kepada kakaknya sambil ikut meloncat-locat melihat ikan meloncat-loncat sambil menunjuk kearahnya. 

"Gini lo dek cara nagkapnya, gag usah ragu-ragu megangnya." kakak Gendhis yang bernama Yudhis itu menangkap ikan yang sudah megap-megap ditanah, sakalian ngajari adeknya cara menangkap ikan yang lepas. "Sini embernya, kasian ikannya." Gendhis langsung menyodorkan ember yang telah terisi banyak ikan nila sebesar separuh telapak tangan itu

"Dek Wisang mana dek?" tanya Yudhis kepada adek tertuanya itu. 
"Katanya tadi mau mandiin Koro, mungkin dibawah pohon samping rumah." jawab Gendhis melanjutkan perkerjaannya menjaring ikan yang masih tersisa dikolam yang hendak mereka kuras itu.
--------------------------------00----------------------------------

 "Dek, jangan lama-lama mandiin kura-kuranya." Yudhis menghampiri adek bungsunya yang sedang asyik menggosok cangkan kura-kura berwarna putih gading kekuningan itu, bocah kecil yang dipanggil itupun menghentikan gerakannya dan menoleh, "Kalau lama-lama mandiinya nanti Koro bisa masuk angin ya mas?" tanya polos bocah yang baru berumur tiga tahun itu. 
Yudhis pun tak bisa menahan tawa mendengar pertanyaan adek kecilnya itu.. "Nanti klo kelamaan mandiin Koro yang masuk angin dek Wisang, bukan Koronya. Udah, sana Wisang bantu mbak Gendhis aja nangkap ikan di kolam." "Oke, ciap!" Wisangpun berlari membawa Koro, meninggalkan ember dan peralatan mandi sang kura-kura kesayangannya itu, pantatnya yang montok membuat bocah itu terlihat lucu ketika berlarian. 
--------------------------------00-----------------------------------

Ayah dan Yudhis mengangkat seember penuh air dari kolam yang sudah maulai keruh itu untuk dibuang dihalaman rumput depan rumah. Wisang dan Gendhis masih asyik dengan lomba menangkap ikan, dan ternyata si kecil kedua yang ayu bagaikan bulan pun tak mau kalah dengan adek laki-laki dan kakak perempuannya itu. setelah ngrusui bunda didapur dia cepat-cepat berlari ikut berlomba siapa yang paling banyak menangkap ikan yang ada dikolam yang akan dikuras itu. 
melihat kelihaian Gendhis kakak permpuannya, Wulan semankin bersemangat saja mengaduk-aduk isi kolam yang semakin keruh itu dan membuat nila-nila yang tersisa bingung ingin bersembunyi dimana. 
Wulan menengok ember milik adeknya Wisang yang sepertinya berisi lebih banyak nila dibanding miliknya, dia selalu iri kepada adeknya yang jago dengan semua urusan binatang padahal baru berumur tiga tahun itu. 
Merasa tak kunjung juga melihat nila yang tersisa ,karena kolam semakin keruh, Wisang iseng mencipratkan air kepada kedua kakak perempuannya. Gendhis dan Wulan terlonjak kaget karena ulah adeknya, dan dengan senang hati Gendhis dan Wulan membalas mencipratkan air ke baju Wisang. 

Merasa tidak seimbang karena Wisang diserang dua kakak perempuannya, dia berlari ke arah kakak tertuanya untuk meminta bantuan, saking kencangnya Wisang berlari menubruk kakaknya sampai air diember yang dipegang Yudhis tumpah, "Hati-hati dek, nanti.." belum selesai nasihat Yudhis kepada adiknya tiba-tiba seplastik air telah mengenai lengan Yudhis, ternyata Gendhis pelakunya, Yudhis tersenyum dan menelan nasihatnya, kemudian mengambil segayung air dan dihantamkan ke badan adiknya. Acara beres-beres kolam pun menjadi semrawut, keempat kakak beradik itu saling berkejaran mengguyurkan air satu sama lain, dan ketika Wulan melempar dengan sekuat tenaga seplastik air yang diarahkan ke adeknya dan "pyaar.." ternyata meleset dan tak sengaja mengenai baju ayah. 

Seketika mereka diam, ayah mengambil plastik yang masih tersisa separuh air didalamnya dan berkata, "Ini berarti peraaang." dan melemparkan plastik air itu kearah anak gadisnya.
Dan tawapun pecah kembali. 

"Yaa, curang masa ayah belain Wisang sama mas Yudhis, protes Wulan sambil mempersiapkan senjata-senjata air baru mereka.

Bunda yang barusan keluar rumah membawa sepiring pisang dan meletakkannya di meja depan rumah hanya bisa bengong dan geleng-geleng kepala. 

Gendhis menyenggol siku adek perempuannya, dan semenit kemudian mereka berdua berlari dan menarik tangan bunda terjun ke medan tempur dihalaman rumah. 
"Gag sayang, bunda gag ikut-ikutan main air.." tolak bunda kepada anak-anak perempuannya yang telah separuh basah itu. "Ayolah bundaaa.." rengek mereka,"Enggak sayang, nanti bund.." belum selesai bunda berkata ayah telah melemari bunda seplatik air yang tepat mengenai baju bunda, bunda kaget dan semenit kemudian menyingsingkan lengannya, bunda berlari ke arah ayah dan kedua anak laki-lakinya sambil berterik, "Ayo serbuuu.." "Yeeee!" Gendhis dan Wulan meloncat girang karena mendapat persolil baru. jadi pertempuran air ini seimbang. :)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar