FKIP yang kita ketahui bersama adalah singkatan dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, adalah Fakultas yang memeiliki tujuan menciptakan calon-calon pendidik yang profesional di bidangnya.
Khususnya FKIP yang berada di UAD yang notabenenya adalah universitas milik Muhammadiyah, secara kasat mata dapat ditebak bahwa mahasiswa keluaran FKIP UAD ini adalah calon-calon pendidik yang berintegritas tinggi dan berakhlak mulia sebagai ciri khas yang harus ditonjolkan.
Akan tetapi, bisa kita lihat sendiri perspektif tersebut agaknya jauh dari kenyataan, bukan dalam integritas yang disorot disini akan tetapi dalam berakhlak mulia.
Tidak dapat dipungkiri, di setiap ujian masih sering kali kita jumpai kecurangan – kecurangan disana sini.
Aksi saling contek-mencontek yang dilakukan tanpa risih dan dengan berbagai cara yang tak ubahnya seperti anak-anak SMP ataupun SMA.
Dan tidak jarang kita lihat pengawas yang tidak mencegah atau menindak tegas praktik KKN kecil-kecilan tersebut.
Padahal, sesuatu yang kecil bila ditumpuk-tumpuk akan menjadi sesuatu yang besar. Mungkin itulah alasan mengapa bangsa kita terkenal sebagai negara yang tingkat korupsinya tinggi.
Banyak pejabat yang korupsi, mentri yang korupsi, pegawai yang korupsi, pedagang bahkan buruh rendahan sekalipun melakukan praktik korupsi. Baik korupsi berupa uang, barang-barang kantor dan perusahaan ataupun korupsi waktu yang bagi sebagian besar orang telah dianggap lumrah.
Itu karena para calon pejabat, mentri, pegawai, pedagang, buruh dan lainnya sudah terbiasa melakukan tindakan korupsi kecil-kecilan dari kecil yang entah mereka sadari atau tidak, karena mereka menganggap sesuatu kesalahan yang kecil tersebut adalah hal yang lumrah dilakukan.
Miris juga jika membayangkan para calon pendidik dan para calon pencerdas bangsa yang dengan tangannyalah akan terlahir orang-orang besar dan hebat, tetapi pada kenyataannya dalam menempuh pendidikan untuk menjadi seorang pendidik dilewatinya dengan cara mencontek, asal copy paste tanpa tau apa yang diconteknya.
Mereka melakukan semua itu dengan satu target saja di kepalanya, mendapat nilai bagus bagaimanapun caranya.
Mendapat IPK tinggi walaupun isi kepalanya entah faham atau tidak dengan materi yang disampaikan oleh dosen.
Seperti inikah calon-calon pencerdas bangsa sebesar Indonesia? kemudian apa yang akan dilakukan jika murid-muridnya kelak juga gemar mencontek sama seperti yang dilakukan gurunya ketika sedang mencari gelar sebagai seorang pendidik?? Apakah hanya diam dan berkata “ Ya biarlah, dulu aku juga seperti itu.”
Lalu Apa Kata Dunia?!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar