Minggu, 10 April 2011

Sepucuk Surat untuk Sun Ju

Sekali lagi, ku ingin bercerita tentang El Lin.
Gadis yang begitu unik, sungguh sangat menarik perhatianku.
Sering kali kutersenyum sendiri melihat tingkah polahnya.

Kali ini, kutemukan sepucuk surat yang diselipkan dibawah bangku tua tepi laut itu.
Sepucuk surat yang mungkin tak akan sampai pada tujuannya.


Sepucuk surat untuk Sun Ju


Aku cemburu pada angin yang selalu kau bisikkan ucapan rindu.
Aku cemburu pada hujan yang selalu kau titipkan do’a.
Aku cemburu pada laut yang selalu kau teriakkan segala kegelisahan.
Aku cemburu pada sawah-sawah hijau yang selalu kau berikan senyuman.
Aku cemburu pada rembulan yang selalu kau sapa dengan hangat.
Aku cemburu pada mereka yang kau jadikan tempat berbagi segala suka dan duka.
Aku cemburu...



Tertanda

El Lin


Sabtu, 09 April 2011

Hujan Pagi Ini

Rintik hujan turun bagai permadani
Membasahi bumi pagi ini
Meciptakan harum kasturi
Menyejukkan hati

Di negeri atas awan sana;
dapat kau lihat,
Bidadari-bidadari bermata jernih
Riang bermandikan pelangi

Dan kita duduk menyepi ditepi jendela masing-masing
Memandang bulir hujan yang membasahi bumiku dan bumimu,
Meresapi belaian angin yang menyibakkan ujung tiraiku dan tiraimu
Terdiam; saling merangkai kata dalam hati
Hanya tersenyum,
Lalu menulis kembali

Berharap agar do’a yang kita lantunkan sedari tadi
Menembus langit
Dan dipeluk bidadari.

Sebuah Tanya


Apa kau dengar suara angin yang berhembus?
Menggoyangkan rumput-rumput itu.
Memainkan tirai-tirai itu.
Mendendangkan nyanyian rindu.

Apa kau lihat rintik hujan di sore ini?
Menurunkan jutaan malaikat.
Melayangkan untaian panjang do’a-do’a kita.

Apa kau pandang sinar bulan malam ini?
Ku pandang dengan lekat; aku jadi teringat.
Sebuah kisah tentang istana bulan.
Dan tentang pangerannya yang tak kunjung datang.

Apa kau perhatikan arak-arakan awan disana?
Putih bersih bagai kapas tak ternoda.
Tapi menggodaku untuk tersenyum;
Mengingat betapa inginnya aku terbang kesana.
Singgah ke negeri atas awan.

Suara langkah mu kini ku cari di luas rimba.
Satu, dua kumbang menyapa.
Tiga, empat harimau mendekat.
Lima, enam ular menggoda.
Ah, tapi bukan mereka yang ku nanti...

Jika kau mengerti,
Ingin rasanya ku berbisik;
Datanglah kemari.
Temani aku lagi.
Memandang hujan dan pelangi.

Sebuah Renungan


Kenapa aku di uji?
“Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun.”[al Mulk: 2]

Di uji dalam bentuk apa?
“Dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”(155)
“(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” (sesungguhnya kami milik Allah, dan kepadaNyalah kami kembali).(156)
“Merekalah yang memperoleh ampunan dan rahmad dari Tuhannya, dan merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”(157)
[al Baqarah:155-157]

Bagaimana aku harus menghadapi ujian tersebut?
“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Dan (sholat) itu sungguh berat, kecuali bagi orangt-orang yang khusyuk.”[al Baqarah: 45]

Mengapa ujian itu begitu berat?
“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari kebajikan yang dikerjakan dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (mereka berdo’a), “Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Wahai Tuhan kami, janganlah Eangkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang sebelum kami. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Enggkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang yang kafir” [al Baqarah: 286]

Kepada siapa aku berharap?
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan”[al Fatihah:5]

Lalu apa yang aku dapat dari semua ini?
“Dan orang-orang yang sabar karena mengharap keridhoan Tuhannya, melaksanakan sholat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan, serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik).”(22)
“(yaitu) surga-surga ‘Adn, mereka masuk kedalamnya bersama dengan orang yang shaleh dari nenek moyangnya, pasangan-pasangannya dan anak cucunya, sedangkan para malaikat masuk ketempat-tempat mereka dari semua pintu."(23)
“(sambil mengucapkan), “Selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu.” Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu.(24)
[ar Rad: 22-24]

Semoga ayat-ayat diatas dapat kita jadikan bahan renungan bagi kita.
Al Qur’an memanglah pedoman hidup, segala permasalahan apapun dimuka bumi ini ada jawabanya di dalam Al Qu’an.

“Wahai manusia! Sungguh telah datang kepadamu pelajaran (Al Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada didalam dada, dan petunjuk serta rahmad bagi orang-orang yang beriman.”[Yunus: 57]

Maka dari itu, marilah kita berlomba-lomba dalam kebaikan, membaca, mentadaburi dan mengamalkan isi Al Qur’an. Agar kita menjadi orang-orang yang beruntung.

Hanya ada dua pilihan; Mengeluh atau Bersyukur

Terispirasi dari seorang penyiar radio, yang ku dengar pagi-pagi sebelum aku berangkat kuliah. Sang penyiar berkata, hanya ada dua pilihan dalam hidup ini; Mengeluh atau Bersyukur.

Hidup di dunia ini dengan segala problematika dan cobaannya, entah itu cobaan yang membahagiakan atau menyedihakan, akhirnya akan menghantarkan kepada sikap yang dapat kita pilih sendiri yaitu Mengeluh atau Bersyukur.

Mengeluh identik dengan cobaan yang tidak menyenangkan, kita mendapat musibah, sakit, kehilangan sesuatu atau cobaan yang tidak menyenangkan lainnya; kebanyakan manusia cenderung banyak mengeluh jika diberi cobaan yang tidak menyenangkan itu. Jarang sekali manusia yang bersyukur jika diberi cobaan yang tidak menyenangkan, walupun memang ada orang yang dapat mengambil hikmah dari setiap cobaan yang diberikan kepadanya.

Jika mengeluh identik dengan cobaan yang tidak menyenangkan, seharusnya bersyukur identik dengan cobaan yang menyenangkan, seperti diberi kekayaan, kecantikan, kepintaran, kesehatan dan masih banyak lagi. Tapi pada kenyataannya, tidak jarang orang diberi cobaan yang menyenangkan terlena dan lupa untuk bersyukur. Mereka mengangap segala kebahagiaan dan prestasi yang membanggakan itu karena hasil jerih payah mereka sendiri. Mereka lupa bahwa Allah lah yang memberi segala kesenangan itu dan mereka pun lupa, bahwa segala kesenangan itupun sejatinya adalah sebuah cobaan.

Cobaan-cobaan yang Allah berikan adalah untuk mengukur tingkat keimanan seseorang, Allah tidak akan percaya begitu saja ketika hambanya berkata, “Aku beriman.” Sedangkan Allah belum menguji mereka.

Dari ujian tersebut Allah akan meningkatkan ataupun menurunkan derajat seseorang. Ujian Allah bisa kita ibaratkan ujian sekolah, katakan saja didunia ini kita sedang belajar, jika kita lulus kita akan naik kelas, dan ketika kita naik kelas pasti akan mendapatkan ujian lain yang lebih berat lagi agar dapat naik kekelas yang lebih tinggi lagi.

Maka dari itu, jika kita merasa mendapatkan ujian yang begitu berat, entah dalam bentuk ujian harta, kesehatan, ujian hati dan lainnya, kita harus yakin bahwa ujian ini untuk meningkatkan derajat kita. Tinggal kita memilih untuk lulus atau tidak dari ujian tersebut? Ingin lulus dengan nilai apa? A, B, C atau D semua itu tergantung pada diri kita sendiri.

Yakinlah Allah tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan hambanya. Karena itu, patutlah kita bersyukur atas segala sesuatu yang telah Allah berikan kepada kita. Jika Allah mengambil satu saja nikmat yang Allah berikan kepada kita, maka ingatlah betapa masih banyaknya kenikmatan-kenikmatan lain yang masih Allah berikan kepada kita. Semakin kita bersyukur, maka semakin banyak pula kenikmatan yang Allah berikan kepada kita.

Bersyukurlah, maka kau akan selalu merasa lapang.^^

Selasa, 05 April 2011

Pojok Sunyi


Dipojok sunyi itu.
Ketika angin berhembus semilir, merasuk pelan menerobos jendela memainkan ujung tirai merah.
Lagi-lagi,
Kulihat El Lin menangkupkan tangannya memejamkan mata menghadap Penciptanya.
Teduh tatap matanya; tertunduk dalam.
Sayup sayup ku dengar do’a panjangnya.
Do’a yang tak banyak berubah dari do’a- do’a dihari-hari sebelumnya.
Ku lihat air bening itu menetes lagi dari pelupuk matanya.
Semakin terisak mengadu segala kegundahan pada Rabb nya.
Siapa sangka, gadis seriang dia.
Yang gemar berlari dan melompat.
Selalu tentunduk murung ketika dipojok sunyi itu.


Ah,El Lin... sudah empat puluh tiga hari, masih saja dia berhasil membuatmu meneteskan air mata.

Aku akan bersedih bila kau tak kembali



El Lin seorang gadis bermata teduh berwajah ramah;

Seperti hari-hari sebelumnya; jam 4 sore ini dia telah duduk manis menatap laut senja.
Dihamparkan padangannya sejauh mungkin yang dia bisa.
Mencari-cari perahu yang mungkin saja ia kenal.
Dia mulai memainkan jari-jari tangannya dan mengayun-ayunkan kakinya.
Menarik nafas panjang dan berdiri tegak.

Langit senja semakin memerah saga.
Perlahan dia langkahkan kaki telanjangnya menapak lembut butir pasir yang pernah ia ukirkan sebuah nama.
Terus melangkah dan melangkah, hingga deburan ombak membasahi kakinya.
Sang ombak menyapanya ramah, sudah akrab betul mereka; saking seringnya El Lin bertandang.
Berlari kesana kemari, bermain, berkejar-kejaran dengan ombak sambil tertawa sepi.
Matanya tak pernah berpaling dari garis batas pandang laut itu; yang sering orang sebut Khatulistiwa.

Matahari sudah benar-benar tenggelam sekarang.
Parahu itu tak juga datang.

Dan seperti hari-hari sebelumnya;
Dia pulang dengan mencangking sandal kayunya.
Mengayuh pelan sepedanya.

Dan kau dapat lihat esok hari;
Seperti hari-hari sebelumnya; jam 4 sore nanti gadis itu telah duduk manis menatap laut senja kembali.

Dia berbisik kepada angin yang mungkin akan menyampaikan pesannya:
“Aku akan sedih bila kau tak kembali, karena bukankah kau pernah berjanji akan pulang jam 4 sore nanti?“

Sedikit Berdamai dengan Perasaan



Sedikit berdamai dengan perasaan..
Setelah aku amat-amati, akhirnya aku berfikir bahwa ternyata GAMBAR kucing itu imut dan lucu juga ya... :p

Senin, 04 April 2011

Tentang Perjuangan II



Hujan benar-benar lebat. Jalan depan kampus 3 sampai tak jelas ku pandang dari jendela audit lantai tiga itu.

Hm, hujan.., gumanku sambil tersenyum tipis karena hujan selalu mengingatkan ku akan sesuatu yang membuatku melantunkan doa itu...

Lamunanku terputus, dipojok sana kulihat gadis manis dan imut, kawan seperjuanganku; memanggilku pelan.

Dan ku melihat Kisah Perjuangan yang kedua di hari itu..

Dia : Inung....
Aku : ^^ [hanya membalas panggilan itu dengan senyuman]
Dia : Aku jadi pengen nangis..
Aku : Semangat An, Teguhkan Niatmu Mencapai Tujuanmu!!

Belum usai ku meniru pesan dari bu Djasman, Dia telah menarik ujung jilbab merah keungu-unguannya menyeka air mata yang mengalir dari ujung mata teduhnya.

Aku : Aduh sayang jangan nangis..

Tiga orang penyanyi dadakan berbekal gitar mulai menyanyikan lagu untuk menghibur teman-teman diakhir dialog itu. Dan aku sudah tidak nyaman duduk di kursiku, ingin sesegera mungkin menghampirinya dan memelu erat dan menenangkan tangisannya.

Aku : Sayang... (sambil merengkuh pundaknya)
Dia : Aku capek Nung... (Isakan tangisnya semakin kencang)
Aku : Yaudah, nangis aja gag papa sampe lega...
Dia : Sebenere gag pengen nangis, tapi gag kuat lagi. Kok kaya gini ya Nung...
Berat banget, temen-temen diajak berjuang susah banget. Diajak kumpul buat evaluasi aja gag ada yang pada datang.. padahal tadinya bilangnya iya iya..
Gimana caranya nyadarin mereka kalo mereka sekarang ini pemimpin bukan kader lagi..
Capek Nung, apa-apa aku.. bla.. bla..bla.. [dan masih panjang lagi]

Aku : Aku minta maaf ya An...
Habis ini kita ke komsat aja, tetep lanjutkan agenda kita..

Maafkan aku karena sudah tak besamamu lagi berjuang bersama-sama di komisariat seperti dulu.
Maafkan aku karena kau harus merasa berjuang sendirian.
Maafkan aku karena terlalu berat beban yang harus kau pikul sendirian.
Tapi aku masih inung yang dulu, tidak ada yang berubah.
Bagilah bebanmu, dan aku siap kau ajak jatuh bangun melompat dan berlari seperti yang pernah kita lakukan bersama dahulu.

Dan di penghujung malam itu..

Sms mu masuk di Hpku:
“Terimakasih untuk pundak mu, sayang..^^”

Segera ku balas pesanmu:
“Sama-sama sayang..^^, letakkanlah tanganmu diatas bahuku. Biar terbagi beban itu dan tegar dirimu. Di depan sana cahya kecil tuk memandu, tak hilang arah kita berjalan menghadapinya.”




*Untuk semua sahabat seperjuanganku:
Tak akan tercipta nahkoda yang tangguh dilautan yang sepi.
Selalu teguhkan niat kita untuk berjuang.
Ada pahala disetiap letih kita.^^

Tentang Perjuangan I

Seharian ini Jogja begitu adem bagi para penghuninya. Hujan tak bosan-bosannya mengguyur kota Istimewa ini dari subuh tadi hingga malam hari.

Siang ini, ku laju kencangkan motorku berlomba dengan mendung yang seakan tak sabar ingin menjatuhkan rintik air yang menggantung di pelupuk awan gelap.

Awan tak kuasa lagi menahan bebannya, rintik air mulai lembut berjatuhan; ketika kumulai melihat Kisah perjuangan yang pertama.

Seorang Ibunda yang sudah sepuh, 72 tahun. Tapi jika kalian melihat semangatnya, masih seperti gadis berumur 21 tahun; beliau adalah Ibu Elyda Djasman, istri alm. Bapak Djasman Al Kindi pelopor berdirinya IMM dan kini namanya dipakai sebagai nama cabang IMM.

Beliau di usia senjanya masih begitu bersemangat menghadiri undangan teman-teman IMM untuk berdialog; bercerita tentang awal IMM berdiri dan perjuangan-perjuangan para pelopornya. Beliau bercerita betapa perjuangan bukanlah sesuatu yang mudah, penuh rintangan dan memerlukan kesabaran dan keteguhan yang luar biasa.

Beliau bertutur betapa dalamnya makna mars IMM yang kala itu beliau dan kawan-kawan buat. Tapi sayangnya generasi penerus IMM kurang memaknai kandungan mars IMM itu sendiri. Beliau bercerita bahwa awal berdirinya IMM kala itu penuh tantangan dan sindiran-sindiran, tapi beliau dan para pelopor lainnya ingin membuktikan bahwa IMM merupakan organisasi harapan umat , maka dari itu di dalam mars IMM terdapat syair “ pewaris tampuk pimpinan umat nanti” jadi diharapkan kader IMM menjadi pemimpin-pemimpin umat nanti.

Untuk mewujudkan hal tersebut tentulah bukanlah hal yang mudah. Masih banyak hal-hal yang harus diperbaiki, bahkan kader-kader IMM perlu dibangunkan dan disadarkan bahwa dipundak kita terdapat harapan yang sangat besar. Kita terlalu lama terlena.

Malu rasanya melihat Ibu Elyda di usia senjanya masih gigih berjuang untuk A’isyiyah dan masih semangat untuk bertemu adik-adiknya di IMM; membakar semangat kami yang kadang redup kadang menyala. Dan selalu memotivasi kami agar selalu gigih berjuang.

Diakhir dialog itu, kala begitu banyak malaikat turun bersama derasnya hujan yang selalu menyejukkan hatiku ketika memandangnya, Bu Elyda Djasman berpesan kepada kami sambil benyanyi:

TEGUHKAN NIATMU MENCAPAI TUJUANMU
TERUSKAN LANGKAHMU SAMPAI AKHIR KHAYATMU


[salut untuk perjuangan Bu Elyda Djasman Al Kindi]

Sabtu, 02 April 2011

Tentang Ayah

Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, anak perempuan yang sedang bekerja di perantauan, anak perempuan yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, anak perempuan yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya..akan sering merasa kangen sekali dengan ibunya.

Lalu bagaimana dengan Ayah?

Mungkin karena ibu lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi tahukah kamu, jika ternyata ayahlah yang mengingatkan Ibu untuk menelponmu?

Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Ibulah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Ayah bekerja dan dengan wajah lelah Ayah selalu menanyakan pada Ibu tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?

Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil. Ayah biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda. Dan setelah Ayah mengganggapmu bisa, Ayah akan melepaskan roda bantu di sepedam..

Kemudian Ibu bilang : “Jangan dulu Ayah, jangan dilepas dulu roda bantunya” ,
Ibu takut putri manisnya terjatuh lalu terluka.
Tapi sadarkah kamu?

Bahwa Ayah dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Ibu menatapmu iba.. Tetapi Ayah akan mengatakan dengan tegas : “Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang.”

Tahukah kamu, Ayah melakukan itu karena Ayah tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?

Saat kamu sakit pilek, Ayah yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata :
“Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!”.
Berbeda dengan Ibu yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.
Ketahuilah, saat itu Ayah benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah beranjak remaja.
Kamu mulai menuntut pada Ayah untuk dapat izin keluar malam, dan Ayah bersikap tegas dan mengatakan: “Tidak boleh!”.
Tahukah kamu, bahwa Ayah melakukan itu untuk menjagamu?
Karena bagi Ayah, kamu adalah sesuatu yang sangat – sangat luar biasa berharga..

Setelah itu kamu marah pada Ayah, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu
Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Ibu.
Tahukah kamu, bahwa saat itu Ayah memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,
Bahwa Ayah sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?

Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu,

Ayah akan memasang wajah paling cool sedunia. ^^
Ayah sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..

Sadarkah kamu, kalau hati Ayah merasa cemburu?
Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Ayah melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.

Maka yang dilakukan Ayah adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir..
Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut – larut,
Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Ayah akan mengeras dan Ayah memarahimu...
Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Ayah akan segera datang?

“Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Ayah”
Setelah lulus SMA, Ayah akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Sarjana.
Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Ayah itu semata – mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti…
Tapi toh Ayah tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Ayah..

Ketika kamu menjadi gadis dewasa…..Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain…
Ayah harus melepasmu di bandara.

Tahukah kamu bahwa badan Ayah terasa kaku untuk memelukmu?
Ayah hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini – itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .
Padahal Ayah ingin sekali menangis seperti Ibu dan memelukmu erat-erat.

Yang Ayah lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata “Jaga dirimu baik-baik ya sayang”.
Ayah melakukan itu semua agar kamu KUAT, kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.
Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Ayah.

Ayah pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.
Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Ayah tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan.

Kata-kata yang keluar dari mulut Ayah adalah : “Tidak.. Tidak bisa!”
Padahal dalam batin Ayah, Ia sangat ingin mengatakan “Iya sayang, nanti Ayah belikan untukmu”.

Tahukah kamu bahwa pada saat itu Ayah merasa gagal membuat anaknya tersenyum?

Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.
Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.
Ayah akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat “putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang”

Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Ayah untuk mengambilmu darinya.
Ayah akan sangat berhati-hati memberikan izin..
Karena Ayah tahu...

Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.

Dan akhirnya.
Saat Ayah melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Ayah pun tersenyum bahagia..
Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Ayah pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?

Ayah menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Ayah berdoa..
Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Ayah berkata:

“Ya Allah, ya Tuhanku..Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita dewasa yang cantik. Bahagiakanlah ia bersama suaminya.”

Setelah itu Ayah hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk,
Ayah telah menyelesaikan tugasnya menjagamu..

Ayah, Bapak, atau Abah kita…Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat.
Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis,
Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .

Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa “KAMU BISA” dalam segala hal.






Nb: Cacatan ini aku dapat dari seorang teman; mbak Jujuk.
[Mbak Jujuk, saya minta ijin untuk posting catatan ini ya..^^]

Cacatan Akhir Tahun 2010

Ini adalah malam tahun baru 2011. Sekarang aku sedang duduk diantara adek adekku kelas enam di asrama Zaenab yang ku cinta ini. Kita sedang heboh bakar-bakar jagung sambil dengerin musik. Lagunya Peterpan ‘Mimpi yang sempurna’.

Di luar asrama sana bising suara kendaraan yang berjejalan seperti semut. Antri macet pada mau ke alun-alun merayakan pergantian tahun ini.

Tapi kami disini punya cara sendiri dalam memaknai tahun baru ini. Terserah saja di luar sana begitu ramai. Kami disini di dalam asrama ini semuanya bergembira,sama sekali tak merasa dikekang, sama sekali tak merasa di penjara, sama sekali tak merasa iri untuk ingin keluar ikut berjejalan dengan orang-orang asing itu.

Kami bahagia di sini, kami gembira disini. Dengan cara kami sendiri...

Selamat bergembira adek-adekku tersayang...

Semoga setelah berganti hari ini berganti tahun ini, kita akan menjadi insan-insan yang lebih baik.

Selamat tahun baru, selamat bergembira.

Ku lihat mb Rayi dengan kaos orange nya dan sarung merah garis-garisnya begitu bersemangat mengipas-ngipas jagung yang telah diolesin margarin dan saos oleh mb Ambar dan mb Ifana.

Unik dan Aming juga tidak kalah semangat mengerahkan segala kekuatan dan tenaganya mengayuhkan kerdus agar si jagung cepat masak.

Mb Sorong, sang photografer begitu asyiknya memainkan kameranya dan main jepret sana sini membidik gambar lucu dan tingkah-tingkah unik teman-temannya.

Di depanku ada dua gadis pendiam ( ya setidaknya mereka sekarang sedang berdiam diri) Dias dan Lutfi, mereka anteng banget hanya tersenyum dan memandang teman-temannya yang betingkah lucu.

Dan di sampingku ini ada Ulul, yang lagi asyik makan jagung bakar hasil kerja keras Unik dan Aming, sambing senyum-senyum gitu liat aku ngetik dan liat temen-temennya nyanyi lagu Shela seiring dengan lagu yang beralun di laptopku.^^

Dan disamping Ulul ada patner setiaku, Ust Rahma yang baik banget nyuapin aku jagung bakar yang masih panas,dia tau klo aku sendiri yang belum maem jagung.

Di samping kiriku ada seorang gadis kecil manis bernama Anis, lagi asyik banget dengan jagung bakarnya.

Mbak Sorong yang baik hati, lucu dan endut tiba-tiba menjepretku dengan kameranya.
Temi, gadis yang ingin masuk sastra Inggis ini dengan baik hatinya memberiku sebuah jagung panas.

Ada lagi, Eliza, gadis putih dan cantik barusan di dzolimi oleh Ifana, di suapin tapi bibirnya jadi belepotan semua. :D

Di depan pintu kamar Musdolifah Jay dan Iffah pasang gaya siap untuk di jepret kamera mb Sorong.

Di pojok taman sana ada mb Eni sama Ami lagi ulet ngolesin calon jagung bakarnya dengan margarin dan saos.

Lagu yang berdengdang kini ‘Sahabat Sejati’ nya Sheila.

Di pojok tembok sana ada Tiwi yang begitu khusuknya makan jagung bakarnya sampai jilat-jilat jari-jari tangannya.:D

Oiya, aku sudah cerita belum ya tentang satu adekku yang bernama Irmina? Dia lucu banget, cerewet, galak tapi manja. Sekarang dia lagi asyik bakar jagung menggantikan posisi Unik.

Dan lagu yang mengalun sekarang adalah ‘Seberapa Pantas’ nya Sheila. Pernah jadi soundtrack of my life until now maybe.:D
Oiya, aku belum cerita tentang Tikab. Dia adalah saudara kembarnya mb Sorong, kembar ndutnya maksudnya. Heheheh, (canda kok mb..:p)

Ada juga Lila, mb Tatik yang asyik sendiri dengan kerjaannya sendiri-sendiri.
Ini mb NH juga, khusuk banget baca buku islami ‘romantis’ sampai tidak tergoda dengan keramaian teman-temannya.

Ahha,, sekarang ni kita gag tahan menggerakkan badan, walupuncuma kepala, tangan atau pinggul denger lagu ‘Mari kemari’ yang direcycle oleh Piterpan. Asyik Sist..^^

Di laptopku baru menunjukkan jam 23:11, masih kurang 55 menit lagi ke jam 00:00.

Dan lagu yang sedang mengalun sekarang adalah ‘Yang Terdalam’ nya Piterpan dengan liriknya ‘Maafkan jika kau ku sayangi dan bila ku menanti’.

Akhirnya,bakar-bakar jagung usai sudah; padalah baru juga jam setengah 12, adek-adek uda pada kekenyangan. Dan sebagai wanita yang sholihah dan rajin juga cinta kebersihan mereka langsung membersihkan sampah dan merapikan taman. (Bagus, bagus, bagus..^^)

Lagu yang mengalun sekarang ‘Tapi Bukan Aku’nya Krispatih, ‘ Jangan lagi kau sesali keputusanku, ku tak ingin kau semakin kan terluka.’=(

Dan sekarang ‘Anugerah Terindah’nya Sheila sedang mengalun.^^
'Tegaskan bahwa hatimu, anugerah terindah yang pernah ku miliki'

Okeh, tahun baru masih setengah jam lagi. Acara bakar-bakar telah selesai.

Adek-adekpun telah beranjak dari pesta kebun kecil –kecilan yang meriah dengan kehangatan jagung dan keindahan senyum yang terukir dari bibir-bibir kami.

Adek-adek berpidah ke mushola pada nonton TV, ada juga beberapa yang memilih tinggal dikamar untuk membaca buku yang mereka suka.

Yah, beginilah cara kami untuk menikmati pergantian tahun ini.
Cara kami sendiri ini, cara yang bagi kami indah.

Hmm, suara kembang api mulai memeriahkan malam mewarnai langit yang tak berbintang.
Dan aku akhiri tulisan ini sebelum tahun berganti baru.

Agar ini menjadi tulisan terakhirku di tahun ini.

Dengan segenap senyum dihati dan rindu yang terhanyut sepi ku akhiri tulisan ini.
Selamat menyambut tahun baru yang lebih baik.^^





-Memory of 31 Desember 2010-

Jogjaku



Baru saja, di sore hari ini, 13 Oktober 2010. Aku begitu gembira.

Awalnya, aku yang sedang mengobrol seru dengan adek-adekku karena dipintu kamar mereka di temple foto-foto dan lambang berbagai universitas. Dan di atas foto-foto itu tertuliskan “Universitas Impian kami”. Dari lambang unversitas yang aku sangat kenal sekali yaitu UAD, UGM, sampai lambang unversitas yang aku sama sekali tidak kenal, seperti unversitas denpasar,dan saking katroknya lambang unversitas Indonesia dan Unair pun asing dimataku. Dipojok bawah juga ada lambang universitas Sorbone, Oxford, Singapura dan masi banyang lagi.

Sedang asyik-asyiknya bercanda membicarakan unversitas idaman adek-adekku itu. Tiba-tiba aku terdoga dengan suara keras yang datang dari arah jalan depan asramaku.
Langsung saja aku dan adek-adekku melongok kejendela, ingin tau apa yang terjadi di luar sana.

Dan ternyata ada pawai untuk memeriahkan hari lahirnya kota Jogjakarta yang ke 254.
Di urutan pertama ada drumband dengan seragam kebaya dan blangkonnya. Diteruskan dengan mobil bak terbuka di naiki oleh sepasang pengantin yang berbaju adat Jogjakarta. Dibelakangnya ada anak-anak bermain kuda lumping dan tak lupa dengan blangkon yang menghiasi kepala mereka. Diikuti dengan barongan dan banyak iringan sepeda, becak sampai iring-iringan delman dengan hiasan yang cantik.
Yang naik diatasnya adalah adek-adek SD dan TK yang ada di DIY. Mereka sungguh terlihat sangat lucu sekali.

Setelah itu aku berfikir, 254 tahun. Sudah tua juga ya kotaku tercinta ini. Jika ku ingat-ingat kembali sudah banyak perubahan yang terjadi di kota penuh sejuta kenangan ini.

Aku jadi ingat ketika kecil betapa senangnya aku jika di ajak ke tempat simbah untuk liburan di Jogja. Walaupun aku mabuk bis, tapi bayangan Jogja begitu mempesonaku.
Waktu aku masi kecil, Jogja belum seperti sekarang ini.
Jogja itu adem, udaranya enak, sejuk, dingin. Karna itu aku selalu senang di Jogja, karena udara di Kendal sangat panas.

Tapi sekarang, lima tahun sudah aku berada di kota ini. Walaupun kota ini tetap menjadi kota yang paling aku cintai sampai kapanpun, tapi Jogja sekarang begitu panas. Udara tak sesejuk dulu lagi, polusi dimana-mana. Bahkan beberapa kali terjadi gempa.

Jogja ku sekarang sudah tua, mulai sakit-sakitan rupanya.




-Memory of 13 Oktober 2010-